Langit hari yang cerah hari ini tidaklah menyenangkan bagi seorang Arnella Sahala. Kemungkinan hal ini terjadi dikarenakan kejadian pagi ini di rumahnya saat ia hendak pergi menuju sekolah. Seperti biasa, Arnella harus siap mental untuk bisa kuat apabila ada perdebatan antara dirimya dengan ibu dan neneknya. Namun, sayangnya kebiasaan ini membuat dirinya tidak menyukai yang namanya pagi hari yang cerah. Dirinya menganggap bahwa pagi hari yang cerah memaksakan dirinya untuk merasa ceria dihadapan orang lain beda halnya apabila hari sedang mendung, Arnella tidak harus berpura-pura karena pada umumnya orang akan merasa lemah jika suasana sedang mendung apalagi kalau sudah hujan.
Sesampainya di Carol Highschool, ia menyapa seorang sahabatnya dengan sebuah pelukan erat sama seperti saat hari cerah lainnya sebelum ini. Tentunya sahabatnya ini menerima pelukannya dengan ringan hati, hanya saja tak pernah sekalipun disadarinya makna dari pelukan yang didapatkannya itu. Tak pernah sekalipun Arnella memberitahu isi kepedihan hatinya kepada seorangpun, bahkan sahabatnya sekalipun. Ia pikir hal itu akan membebani pikiran sang sahabat, ya siapa sih yang tidak berpikir seperti itu? Kecuali orang tersebut adalah orang yang egois dan hanya ingin didengarkan saja tapi tidak mau balik mendengar. Walaupun begitu, Arnella sudah melewati batasnya karena sekeras apapun pemikirannya untuk tidak menceritakan isi hatinya kepada orang lain itu malah akan kembali menjadi tohokan tajam terhadap dirinya sendiri saat sudah terpuruk. Setidaknya ia harus menceritakan isi hatinya kepada seorang yang memang dia percayai dan merupakan orang yang dianggap terbaik yang ada didalam hidupnya.
Hingga akhirnya tiba hari itu...
Hari dimana Arnella mendapatkan seseorang yang mengetahui seluruh rahasianya dan selalu menjadi sandarannya saat sudah tidak kuat untuk berpura-pura kuat dihadapan orang lain. Dimana hanya dengan tatapannya saja Arnella merasa tenang dan aman. Dimana orang itu selalu hadir disaat-saat terburuk dan selalu siap membantu dirinya menghadapi segala jenis masalah yang ada dihadapnnya. Hingga perlahan-lahan rasa nyaman tersebut berubah rasa menjadi rasa suka, berubah kembali menjadi benci, yang kemudian rasa takut. Rasa-rasa yang disesalinya, "kalau saja aku tidak termakan ucapan hatiku... maka hal ini tidak harus kurasakan." itulah yang dipikir Arnella tetapi termakan ataupun tidak, ia pasti akan merasakan rasa-rasa tersebut cepat atau lambat.
"Aku berusaha untuk melupakannya... Tetapi mengapa bayangan akan dirinya terus hadir didalam benakku?? Mengapa rasanya sangat sesak saat membayangkan bahwa dia sudah tidak ada disampingku?" Kata-kata tersebut terus menghantuinya selama berbulan-bulan sehingga terdengar sebuah ucapan "Arnella, aku sayang kamu. Tak bisakah aku menjadi obat hatimu untuk melupakan dirinya? Sudah berbulan-bulan kuperhatikan kamu menyiksa dirimu sendiri, aku ingin kamu hanya lihat diriku. Lupakanlah dia, dan ijinkan aku obati hatimu yang terluka itu."
"Hidup ini lucu, saat ku coba untuk membuka hati orang itu pergi meninggalkan diriku. Takdir itu kejam, kepahitan yang sudah berlalu diulangnya kembali oleh orang yang berbeda. Sudah cukup! Tidak akan ku ulangi kembali kesalahan yang sama. Jika memang takdir itu kejam, maka akan kuhindari takdir itu."
Tapi tanpa disadari dirinya, bahwa masa lalu tetap mengejarnya dari belakang dan takdirnya yang selanjutnya tak bisa dihindarinya...
Hai teman-teman!
Maaf ya kependekan dan ini itu sebenernya masih prolog jadi ditunggu ya chapter 1 nya! hehe
Oh ya jangan lupa komen ya! kasih kritik dan saran jadi aku bisa lebih baik lagi kedepannya.
Terimakasih atas kesediaan waktunya untuk membaca cerita yang tidak sempurna ini.
Tuhan Yesus memberkati.